“KAMU ADALAH APA YANG KAMU BACA”
Nampaknya sangat berlebihan, tapi kutipan itu cukup memberikan penjelasan betapa penting dan berpengaruhnya sebuah buku hingga bisa mengubah para pembacanya, atau merepresentasikan pembacanya. Berbagai tema diangkat dalam sebuah buku, tak terkecuali tema tema kaum pecinta alam. Teknik teknik dan teori petualangan alam bebas, biografi dan kisah perjalanan, dan juga fiksi fiksi bertema kegiatan alam bebas ditulis dalam sebuah buku yang menarik untuk dibaca sebagai penambah wawasan, inspirasi, dan hiburan. Sebagai pecinta alam, beberapa judul buku dibawah ini tentu tak boleh dilewatkan.
Mountainering: Freedom Of The Hills
Siapa tak kenal buku ini? Buku yang berisi teknik teknik pendakian gunung ini merupakan buku tentang pendakian gunung paling terkenal. Sebagian pendaki gunung bahkan mengatakan bahwa buku ini adalah “the bible of mountaineer”. Ya, kitab suci para pendaki gunung. Tak berlebihan, karena buku ini memang berisi teknik panduan mendaki gunung yang sangat lengkap. Hingga sekarang buku ini telah dicetak ulang 7 kali, sejak terbit pertama kali tahun 1960. Sayangnya, buku ini tidak diterbitkan di Indonesia.
Di Indonesia juga terbit beberapa buku tentang teknis pendakian gunung, diantaranya karya Norman Edwin, serta yang terbaru Mountain Climbing for Everybody yang ditulis oleh Herman O Lantang.
Untuk catatan perjalanan, ada sederet buku bagus terbitan dalam dan luar negeri, sebut saja Annapurna, Touching the Void, serta Pucuk Es di Ujung Dunia, sebuah catatan perjalanan tim seven summit dari Mahitala Universitas Parahyangan.
Bilangan Fu, novel tentang pemanjat
Bilangan Fu merupakan novel karangan seorang penulis muda Indonesia, Ayu Utami. Dalam novel ini dikisahkan tentang seorang pemanjat yang mengalami banyak pengalaman spiritual yang mengubahnya menjadi seorang pemanjat clean climbing . Meski pemanjatan tebing dalam novel ini hanyalah sebuah suasana artifisial untuk menguatkan dan menghidupkan karakter utama, dimana yang diangkat adalah ide ide tentang spiritualisme kritis, namun nampaknya profesi tokoh utama tersebut dapat dipakai untuk pengenalan jenis pemanjatan clean climbing di Indonesia. Tema novel ini cukup berat memang, jika dibanding dengan novel novel yang memasukkan unsur unsur kegiatan alam bebas lain, misalnya “5 cm”. Namun kepiawaian penulisnya dalam menuliskan alur cerita membuat novel ini sangat menarik untuk dibaca
.
Untuk teori pemanjatannya, di Indonesia nampaknya produktivitas penulis buku panjat tebing ini sangat rendah. Hanya ada buku Memanjat Tebing Menggapai Langit karya WW suhardjo, cetakan tahun 1987. Sedangkan untuk yang berbahasa Inggris ada banyak sekali, misalnya Rock & Wall Climbing karya Garth Hattingsh, Rock Climbing: Mastering Basic Skills karya Craig Luebben dan Training for Climbing yang ditulis oleh Eric J Horst. Namun lagi lagi buku tersebut tidak diterbitkan di Indonesia.
Susur Gua
Stasiun Nol, mungkin sudah tak asing di kalangan caver Indonesia. Buku ini ditulis oleh Erlangga Esa Laksmana, dari club caving ASC (Acintyacunyata speleological Club) dan KPALH Setrajana. Buku ini nampaknya ditulis untuk caver tingkat lanjut, karena buku ini tidak memuat tentang teknik teknik dasar penelusuran gua. Buku ini berisi tata cara membuat peta gua, lengkap dari sejarah pemetaan gua, teknis teknis pengambian data, hingga pengolahan data hingga menjadi sebuah peta gua.
Sedangkan untuk teknis penelusuran gua anda dapat membaca buku Alpine Caving Techniques yang ditulis oleh Georges Marbach dan Bernard Tourte. Lagi lagi buku ini tidak dicetak dalam bahasa Indonesia.
Sejarah dan biografi.
Belakangan, buku dengan genre ini cukup banyak diterbitkan,Salah satu yang paling menarik adalah buku berjudul Norman Edwin, Sahabat sang Alam. Buku yang merupakan kumpulan kumpulan tulisan alm. Norman Edwin, ini diterbitkan dengan tujuan mengenang legenda petualang alam bebas Indonesia itu. Selain itu ada juga buku berjudul Norman Edwin, sang Beruang Gunung, yang merupakan biografi alm. Norman Edwin.
Mapala UI memang menjadi frontman dalam buku buku bergenre biografi dan sejarah ini. Barangkali karena legenda legenda pecinta alam memang berasal dari kelompok ini. Selain dua buku diatas masih ada buku berjudul Gie, Sekali Lagi, yang merupakan kumpulan tulisan dari beberapa tokoh tentang Soe Hok Gie, serta buku 40 Tahun Mapala Ui, Jejak Mapala Di Jalan Alam, tentang sejarah dan lika liku mapala UI.
Epilog
Dunia petualangan alam bebas nampaknya tak sesunyi gunung gunung dan tebing tebing yang di daki dan dipanjatnya. Kehadiran buku buku tadi menambah warna warna kehidupan para petualang. Dibalik fungsi utamanya sebagi sebuah bacaan penambah wawasan, hadirnya buku buku tadi merupakan sebuah manifestasi untuk menunjukkan eksistensi sebuah kelompok pecinta alam, dan kaum pecinta alam secara luas. Jejak pecinta alam tak hanya berbekas di jalan setapak pegunungan, di keheningan tebing tebing curam. Jejak itu bisa pula dilihat oleh orang orang awam lewat benda mati tapi tak bisu itu. Ya, sebuah buku. Pepatah Yunani mengatakan scripta manen verba volant, yang tertulis akan abadi, yang terucap berlalu bersama angin. Bravo kaum pecinta alam, dan mari menulis. (Chandra Agusta, Oktober 2011)