Kisah Perjalanan 9 Anak Manusia Menuju Puncak Pohon Kehidupan
21 Maret 2021, semua rasa lelah yang kami rasakan seketika buyar. Malam itu di dalam bus, semua kelelahan kami ubah menjadi keceriaan. Tubuh kami bergoyang mengikuti irama alunan musik, sesekali kami tertawa gurih menyadari tingkah kami sendiri. Lelah bergoyang, kami terlelap menyelami masing-masing mimpi kami. Beberapa yang tidak tidur memandangi jalanan dari jendela bus, dan mungkin pikirannya melayang jauh pada sebuah momen dimana kami memulai perjalanan ini.
Berawal dari 17 Maret 2021, kami sebagai Tim Pendakian Wajib Gladian XXXV Bekantan (Nasalis larvatus) resmi dilepaskan untuk ke lapangan melakukan kegiatan pendakian dan penelitian. Simbolis pelepasan ini dilakukan dengan upacara yang dihadiri oleh pembina Mapala Silvagama dan juga kakak-kakak kami. Bendera Silvagama yang dicabut oleh Ketua Umum MSG, kemudian diserahkan kepada Koordinator Pendakian Wajib menjadi titik klimaks momen ini. Ada rasa haru di hati kami saat bendera Silvagama berada di tangan Koordinator Pendakian Wajib. Kami menyadari bahwa nantinya di lapangan, apapun yang terjadi kami harus tetap bersama dan saling menjaga satu sama lain. Dalam hati masing-masing, kami berjanji bahwa kegiatan ini adalah titik balik kami dari Sapling member menjadi Poles member yang memiliki pemikiran dewasa dan tahan banting. Satu babak perjalanan panjang tentang kami semua akan segera dimulai.
#18 Maret 2021
Akhirnya hari yang dinantikan oleh kami semua tiba! Seperti biasa, sebelum berangkat ke lapangan kami mengecek kembali barang-barang yang kami butuhkan apakah sudah terpacking semua di dalam carrier-carrier besar yang akan kami bawa. Sore itu, kami sudah selesai mempersiapkan barang apa saja yang akan kami bawa dan sudah terpacking dalam 9 carrier besar yang siap kami gendong. Pukul 15.30 WIB, kami melakukan foto bersama di depan Sekretariat Bersama sebelum keberangkatan. Hujan lebat saat itu tidak meruntuhkan semangat kami untuk berangkat ke lapangan dan belajar. Selesai sesi foto, kami yang terdiri dari 9 orang, yaitu Miko, Avian, Goyik, Chita, Kinan, Elya, Abim, Afik, dan Azriel menuju tempat parkir bus. Saat itu, hujan masih menjatuhkan dirinya ke tanah dan daun-daunan. Beberapa kubangan mulai terbentuk dari tanah yang tidak rata. Langkah kecil kami pijakkan, dan sesekali kaki kami masuk kubangan, lalu kami tertawa sambil memaki kubangan tersebut.
Akhirnya langkah kecil di bawah hujan sore itu sampai di dalam bus yang terparkir di jalan Agro, samping luar Fakultas Kehutanan UGM. Pukul 16.00 WIB, sopir bus mulai memacu mesin berangkat meninggalkan Kota Jogja menuju Kabupaten Karanganyar, tempat Basecamp Gunung Lawu via Tambak berada. Ya, kami akan melakukan kegiatan pendakian wajib ini di Gunung Lawu via Tambak yang terletak di Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Selain kegiatan pendakian, kami juga melakukan kegiatan penelitian dengan judul “Interpretasi Jalur Pendakian Gunung Lawu via Tambak”.
Perjalanan memakan waktu sekitar 4 jam. Kami tiba di Basecamp Gunung Lawu via Tambak pukul 20.12 WIB. Sesampainya di basecamp, kami melakukan ISHOMA. Beberapa dari kami langsung menaruh carrier ke dalam rumah dan membongkarnya untuk mengeluarkan logistik makanan, seperti sayur dan buah. Hal itu yang diajarkan kepada kami agar logistik yang kami bawa bisa awet dan tidak mudah busuk nantinya. Beberapa yang lain duduk di teras rumah basecamp sambil menikmati fasilitas wifi yang ada. Goyik dan salah satu pendamping ngobrol dengan penjaga BC terkait registrasi yang akan dilaksanakan keesokan harinya.
Pukul 21.00, kami selesai melakukan ishoma. Perut-perut kami sudah terisi oleh masakan ibu pemilik BC dan segelas teh hangat, juga sebungkus kerupuk yang renyah dan gurih. Selanjutnya kami melakukan kegiatan evaluasi dan briefing untuk kegiatan esok harinya. Wajah-wajah capek dan mengantuk sudah terlihat. Eval dan briefing selesai pukul 21.30 WIB. Kami segera bersiap untuk istirahat dan mempersiapkan fisik kami untuk esok hari. Malam ini semua anggota sehat dan semangat walau sudah mengantuk, esoknya pun akan tetap sehat dan semangat dalam kondisi yang segar.
#19 Maret 2021
Malam terasa lebih cepat, sepertinya karena kami terlalu lelap. Tiba-tiba sudah pagi hari saja. Kami bergegas bangun dan bersiap untuk melakukan pendakian. Sarapan pagi dengan menu nasi goreng telur dan kerupuk serta segelas teh hangat sangat membantu meningkatkan semangat kami. Sebelum berangkat, Goyik melakukan registrasi di BC serta mencoba frekuensi HT yang akan digunakan untuk berkomunikasi dengan basecamp nantinya. Barang-barang logistik yang semalam dikeluarkan kini sudah terpacking lagi di dalam carrrier-carrier kami. Semangat kami juga sudah pulih kembali untuk kami bawa naik.
Udara pagi yang dingin membuat kami harus terus bergerak agar tidak kedinginan. Setelah Goyik selesai melakukan registrasi, kami melakukan pemanasan di depan rumah salah satu warga yang berada di depan BC. Abim dan Miko sudah di sana sejak tadi, mereka berjoget-joget memparodikan instruktur senam. Kemudian disusul Elya, Kinan, dan Chita yang seolah menjadi peserta senamnya. Setelah semua berkumpul, kemudian dilakukan pemanasan yang dipimpin oleh Kinan. Pemanasan selesai kemudian kami semua berdoa untuk kelancaran, keamanan, dan keceriaan pendakian hari pertama ini. Tak lupa juga kami meneriakkan seruan semangat khas anak Silva. “Hallo Jhon, Hallo Jhon, Hallo Jhon!” begitu Abim menyerukannya dan dibalas oleh kami semua “Silva!” sambil mengangkat tangan kami ke langit.
Kami kemudian mengangkat carrier, menggendongnya, dan mengatur settingan agar nyaman digunakan saat berjalan. Pukul 06.45 WIB, kami memulai perjalanan panjang ini. Keluar dari desa terakhir, kami disambut oleh kebun-kebun milik warga yang asri. Warga disini juga sudah mulai berlalu lalang, keluar masuk hutan membawa pakan ternak dipikulannya. Pagi yang cerah tanpa awan dan suasana yang sejuk, menjaga semangat kami yang membara. Sesampainya di gerbang pendakian, kami melakukan foto bersama sebelum masuk lebih dalam ke hutan.
Perjalanan kami lanjutkan memasuki hutan tanaman pinus milik Perhutani yang cukup rimbun, namun matahari masih dapat menembus celah-celah dedaunan dan membentuk siluet yang unik. Jalan mulai menanjak dengan rerumputan yang tumbuh di bawahnya. Di perjalanan, ada 2 pendaki dari Tawangmangu yang berbarengan dengan kami. Sesekali kami mengajaknya mengobrol dan bercanda. Jalan dari gerbang pendakian menuju Pos 1 cukup panjang dan banyak jalan bercabang karena masih merupakan jalan warga menuju tempat pengambilan rumput pakan ternak. Di antara gerbang pendakian sampai Pos 1 terdapat satu pos bayangan yang vegetasinya cukup terbuka, kami istirahat sebentar di pos bayangan tersebut dan segera melanjutkan perjalanan ke Pos 1. Pukul 08.53 Pos 1 sudah berada di depan mata.
Sesampainya di Pos 1, kami istirahat sejenak selama 5 menit untuk mengatur nafas kami yang terengah-engah karena jalan yang menurut kami sudah cukup menantang untuk permulaan. Selanjutnya, kami melakukan penelitian dan IMPK di Pos 1. Pos 1 ini terletak pada koordinat 7˚38’07” LS 111˚08’54” BT. Kami melakukan penelitian interpretasi di pos 1 dengan berbagai parameter penelitian yang sudah kami susun sebelumnya. Pengambilan data dan IMPK tidak memakan waktu yang lama. Selesai mengambil data, kami minum sedikit air perbekalan untuk membasahi tenggorokan kami yang mulai kering. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan ke Pos 2.
Perjalanan menuju Pos 2 lebih banyak jalan landai daripada jalan menanjaknya. Vegetasi di jalur menuju pos 2 ini cukup rapat, sehingga panas matahari tidak terasa menyengat. Tumbuhan bawah di jalur juga cukup banyak menutupi jalan setapak yang ada. Tidak perlu waktu lama menuju Pos 2 karena memang jaraknya tidak terlalu jauh dan jalan masih bersahabat dengan kami. Kami tiba di Pos 2 lebih cepat 20 menit dari estimasi waktu yang telah dibuat. Sesampainya di Pos 2, kami meletakkan carrier dan melakukan penelitian serta IMPK. Koordinat pos 2 terletak pada 7˚38’07” LS 111˚09’26” BT. Angin gunung sesekali menerpa kami yang sedikit berkeringat. Saat di Pos 2, matahari mulai tertutup awan. Kami sedikit was-was, khawatir akan turun hujan. Namun ternyata itu hanya kabut yang lewat di atas kami, sedikit ada perasaan lega. Selesai melakukan penelitian, kami segera bergegas menuju pos 3. Pukul 11.10 kami melanjutkan perjalanan ke pos 3.
Trek menuju pos 3 mulai menggila. Jalanan menanjak dengan tanah padas yang licin membuat kami harus berhati-hati dalam melangkah. Dalam perjalanan, tak jarang kami melontarkan kalimat-kalimat yang lucu namun itu merupakan kenyataan yang ada di sini. Seperti saat Miko berkata “Aku tu kalo naik gunung capek, tapi kok tak ulangin terus ya, padahal kan enak di rumah terus tidur makan ngopi. Mau-maunya aku naik gunung lagi dan lagi.” Sontak kami tertawa mendengar celetukan Miko tersebut, tapi memang benar itulah yang kami rasakan. Akhirnya, Pos 3 sudah sangat dekat. Kami berlari, berlomba menuju pos 3 karena waktu yang ditunggu-tunggu sudah datang, yaitu waktu ishoma. Ya, di Pos 3 kami melakukan ishoma. Setelah selesai ishoma kami melakukan penelitian dan IMPK disini. Lagi-lagi, kabut lewat namun tidak lama kemudian menjauh, digantikan sinar matahari yang masuk melalui celah kanopi di Pos 3. Ketinggian pos 3 ini sudah mencapai 2159 mdpl terletak pada koordinat 7˚38’03” LS 111˚10’04” BT. Hawa dingin mulai menyerang, karena kurang lebih 1 jam kami di sini dan hanya beristirahat sehingga dingin mulai terasa. Selesai melakukan penelitian kami, melanjutkan perjalanan ke pos 4.
Jalan menuju Pos 4 tidak jauh berbeda dengan jalan menuju pos 3. Hanya sedikit lebih panjang lagi. Miko menyeletuk “Kalian tau gak? Bagian paling menyenangkan pas naik gunung? Kalo aku sih bagian istirahatnya, aku seneng banget”, celetukan Miko pun dibalas suara tertawa kami. Tanjakan demi tanjakan kami lalui, namun tidak ada habisnya. Hari sudah semakin sore, rasa was-was makin menguasai kami, takut kalau sudah gelap tapi kami belum sampai pos 4. Tapi akhirnya, langkah kecil nan pelan yang kami lakukan berubah menjadi larian kecil ketika plang Pos 4 sudah terlihat.
Sesampainya di pos 4, kami segera membagi potensi yang ada untuk membangun 2 tenda di sini. Selain itu juga dilakukan penelitian di Pos 4 dan IMPK. Pos 4 ini terletak pada koordinat 7˚37’54” LS 111˚10’26” BT. Setelah tenda selesai dibangun, Elya dan Chita kemudian mulai memasak di teras tenda tersebut. Kabut yang datang bersamaan dengan kami tadi sekarang berubah menjadi senja yang indah. Kami melakukan ishoma sampai pukul 20.00 WIB dan kemudian dilanjutkan evaluasi hari ini dan briefing untuk esok hari. Setelah selesai, kami segera istirahat untuk menyiapkan pendakian hari kedua esok.
#20 Maret 2021
Pagi telah tiba, kami bangun lebih pagi karena ternyata peta yang kami buat belum sesuai dengan keadaan sebenarnya. Sehingga kami bangun pukul 04.00 WIB agar hari ini kami bisa sampai puncak. Kami melakukan ishoma dan sarapan, setelah itu kami bongkar camp dan melakukan pemanasan sebelum berangkat. Tak lupa juga, kami berdoa untuk kelancaran pendakian hari ini. Pukul 06.55 WIB kami memulai perjalanan kembali.
Cuaca pagi ini cukup cerah, vegetasi yang mulai terbuka membuat kami merasakan sinar matahari pagi yang menghangatkan tubuh. Lagi-lagi, trek menuju Pos 5 tidak jauh berbeda dengan kemarin menuju pos 3 dan pos 4. Panjang, licin, menanjak, dan berkelok. Afik sampai terpeleset saat melalui jalan yang licin ini. Kaki dan hidungnya memar, sehingga kami memutuskan untuk istirahat sejenak. Setelah itu perjalanan dilanjutkan. Di tengah perjalanan, kami menjumpai Jalak Lawu sebanyak 2 kali dalam jarak yang dekat, kami semua kagum dan senang melihatnya. Selain itu, di kanan kiri jalur terdapat banyak edelweis yang belum berbunga namun tetap menunjukkan sisa-sisa kecantikan dari bunga sebelumnya.
Keluar dari vegetasi pepohonan menuju Pos 5, kami melewati sabana yang luas dan tentunya jalan masih tetap menanjak. Karena memang jalan dari pos 3 menuju puncak terus menanjak dan jarang ditemui tempat landai kecuali pos-pos pendakian dan pos bayangan. Namun hal itu merupakan suatu hal yang dirindukan ketika naik gunung, tanjakan yang menyebalkan namun terdapat cerita dibaliknya. Tak lama, kami sampai di Pos 5 yang juga merupakan sabana. Pos 5 ini terletak pada koordinat 7˚37’49” LS 111˚10’55” BT. Segera kami melakukan kegiatan IMPK dan penelitian interpretasi di pos 5. Sembari melakukan penelitian dan IMPK kami berfoto di sabana Pos 5 yang indah. Beberapa snack dan air perbekalan juga kami keluarkan untuk menemani suasana pagi yang cerah dan menyenangkan ini.
Selesai penelitian di pos 5, kami menuju Sunset Camp. Jalur menuju Sunset Camp ini memutari bukit dan melewati sedikit lembahan, kemudian naik lagi ke sebuah punggungan. Letak Sunset Camp berada di atas punggungan berupa sabana. Dari Pos 5 menuju Sunset Camp memakan waktu 1 jam 15 menit. Nafas kami kembali terengah-engah, hal ini karena dengan ketinggian yang sudah hampir mencapai 3000 mdpl sehingga jumlah oksigen pun sudah berkurang, ditambah lagi kami berjalan di tanjakan yang panjang. Sunset Camp ini terletak pada koordinat 7˚37’44” LS 111˚11’11” BT. Di sini kami membangun shelter dan melakukan ishoma. Tim penelitian hari ini melakukan IMPK dan penelitian di Sunset Camp, sedangkan beberapa yang lain membangun shelter dan memasak untuk makan siang serta membuat dessert yang menyegarkan. Angin gunung yang sepoi-sepoi dan kami sudah dalam keadaan kenyang, membuat hawa mengantuk pun menyerang. Sebelum semakin mengantuk, kami memutuskan untuk segera melanjutkan perjalanan menuju puncak.
Perjalanan menuju puncak ini bisa dibilang panjang juga, susah juga, berbatu juga, lelah juga. Semua perasaan bercampur aduk di perjalanan menuju puncak. Beberapa kali kami berhenti untuk mengatur nafas dalam kondisi oksigen yang sudah mulai menipis. Puncak sudah terlihat sejak tadi, namun rasanya perjalanan menuju puncak ini tak kunjung sampai. Elya yang sejak di Sunset Camp sudah mengeluhkan sakit perut, berjalan sangat pelan, sehingga kami menyesuaikan langkah kami dengannya. Langkah demi langkah, walau kecil namun pasti, sekarang kami sudah berada tepat di bawah puncak. Kami sedang menunggu Elya, Miko, Azriel, Afik, dan Goyik untuk berjalan ke puncak bersama-sama. Menuju puncak, kami menyanyikan Mars Mapala Silvagama dengan semangat yang membara.
Dan disinilah kami sekarang. Puncak tertinggi Gunung Lawu, Puncak Hargo Dumilah dengan koordinat titik 7˚37’38” LS 111˚11’40” BT. Berada pada ketinggian 3265 mdpl dengan angin yang semakin kencang di atas sini. Langit biru yang memanjakan mata walau hanya sesaat sebelum kabut turun, serta beberapa Jalak Lawu yang melompat-lompat di tanah seakan menyambut kedatangan kami. Perasaan kami tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Semua emosi bercampur aduk di sini. Sebuah anugerah dari Tuhan untuk kami semua dapat mencapai tempat ini dan menyaksikan secara langsung ciptaanNya yang indah.
Pada akhirnya, sebagai satu koloni Bekantan, kami memilih naik satu dahan lebih tinggi. Walau kami sadar, angin di atas sini pasti lebih kencang. Namun sebagai satu koloni, kami saling menguatkan sehingga angin sekencang apapun tak akan mampu menggoyahkan kami. Lagipula, berada di atas sini membuat kami bisa melihat sisi keindahan kehidupan dan mensyukuri segala sesuatu yang sudah kami lalui. Kami memang belum berada di puncak pohon kehidupan, tapi ini merupakan salah satu proses menuju kesana. Satu dahan lebih tinggi. Tak Ada Penghalang!
WITH LOVE,
GLADIAN XXXV BEKANTAN