Asian Waterbird Census 2020

 

 

 

 

 

 

 

Asian Waterbird Census atau yang kerap di singkat AWC adalah kegiatan pengamatan burung air yang dilakukan di januari minggu pertama dan kedua. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh pengamat burung secara sukarela. AWC merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh wetland international sebagai upaya monitoring konservasi terhadap burung air dan lahan basah yang ada di dunia.

Kegiatan AWC tahun 2020 sama seperti rangkaian acara AWC di tahun sebelumnya. Kegiatan ini diawali dengan penyulaman tanaman kehutanan di daerah Kalijati, Nusakambangan Barat, Jawa tengah. Penanaman dilakukan dengan menanam kurang lebih 500 bibit tanaman kehutanan seperti merbau, phlalar, dan berbagai jenis tanaman lainnya. Penyulaman ini dilakukan bersama dengan pihak KSDA Cilacap dan dengan masyarakat peduli lingkungan sekitar.

Pada tahun ini, perwakilan dari Divisi Lingkungan berangkat dari Sekretariat Bersama Mapala Silvagama menuju Segara Anakan, Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah pada tanggal 24 Januari 2020 dan melakukan kegiatan pengamatan burung air pada tanggal 27-28 Januari 2020. Pengamatan dilakukan bersama mahasiswa pecita alam lain dan masyarakat sekitar dengan mengelilingi Segara Anakan menggunakan perahu.

Pengamatan dilakukan dengan mempertimbangkan pasang surut air laut, dimana pasang surut air laut merupakan salah satu faktor penentu ada tidaknya pakan burung air. Ada beberapa lokasi yang dijadikan spot pengamatan, antara lain daerah Pintu Plawangan, Cibereum, Laguna, Majingklak, Sapuragel, Kali Panas, dan daerah Hutan Payau Rawa Tritih. Dari beberapa Spot yang di amati, daerah Laguna merupakan spot pengamatan yang ideal. Daerah ini merupakan daerah yang berlumpur ketika terjadi surut air laut dan disekelilingnya terdapat daratan yang ditumbuhi oleh tanaman mangrove, sedangkan daerah mangrove merupakan salah satu habitat dari sumber pakan burung air.

 

Terdapat 35 jenis burung yang di temui, 10 diantaranya merupakan burung yang dilindungi. Berdasarkan Permen LHK RI No. P.106 tahun 2018, burung tersebut antara lain Bangau tong-tong, Gajahan kecil, Gajahan penggala, Raja udang biru, Cangak laut, Bangau bluwok, Bangau sandanglawe, Gajahan erasia, Bambangan hitam, dan Trinil lumpur paruh panjang.  Sedangkan berdasarkan status konservasi internasional yang mengacu pada daftar red list IUCN didapatkan 4 jenis burung Near Threatened, yaitu Kokokan laut, Itik benjut, Gajahan erasia, dan Trinil ekor kelabu. Status Near Threatened ini menyatakan  bahwa burung tersebut akan mengalami kepunahan dalam waktu dekat. Berdasarkan data di atas juga didapatkan  2 jenis burung yang berstatus Vulnerable, antara lain Bangau tong-tong dan Bangau sandanglawe. Status Vulnerable ini menyatakan bahwa burung tersebut sedang mengalami status terancam di alam liar. Selain itu, didapatkan 1 burung yang berada pada status Endangered, yang menyatakan bahwa burung ini mengalami masa keterancaman tinggi di alam bebas, yaitu burung Bangau bluwok.

Data yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan data tahun 2015 sampai 2020. Berdasarkan data jenis burung yang dilindungi menurut IUCN, terdapat 4 jenis burung yang statusnya terancam, diantaranya Bangau bluwok, Bangau tong-tong, Bangau sandanglawe, dan Gajahan erasia.

Dari grafik tersebut dapat dilihat terjadinya peningkatan dan penurunan  jumlah spesies yang ditemui di lokasi pengamatan. Namun, pada spesies Gajahan erasia terjadi peningkatan yang signifikan dari tahun-tahun sebelumnya. Adanya peningkatan dan penurunan dari jumlah spesies yang ditemui ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya waktu pengamatan, keadaan lingkungan penelitian yang berubah, ketersediaan pakan, pasang surut air laut, dan atau faktor lain yang mendukung keberadaan spesies di lokasi tersebut.

 

Ditulis oleh Ida Purnama Fitriyanti

Leave a Reply

Your email address will not be published.